WIRID HIDAYAT JATI
Penjelasan Wejangan Serat Wirid Hidayat Jati
Wejangan ke-1 Ananing Dzat
Sajatine ora ana apa-apa awit duk maksih awang-uwung durung ana sawiji-wiji, kang ana dhingin Ingsun, sajatine kang maha suci anglimputi ing sipat Ingsun, anartaning asman Ingsun, amratandhani ing apngalIngsun. (Sesungguhnya tidak ada apa-apa karena pada waktu masih dalam keadaan kosong, belum ada sesuatupun, yang ada hanyalah Aku. Tidak ada tuhan selain Aku. Aku adalah hakikat Zat yang Maha Suci yang meliputi sifat-Ku, yang menyertai Nama-Ku, dan yang menandai perbuatanKu.).
Penjelasan:
Yang menyatakan sebagai Dzat yang Maha Suci ialah hidup kita pribadi, rupa kita pribadi diliputi warna Dzat yang Elok, menyertai nama ialah nama kita pribadi yang diakui sebagai Dzat yang Kuasa, sebagai tandanya tingkah laku kita pribadi mencerminkan perbuatan Dzat yang Sempurna,dengan bertambahnya rahsa Dzat yang Agung, semua sifat ialah
Dzat mempunyai sifat seperti gula dan manisnya (tak dapat dipisahkan), sifat menyertai nama seperti matahari dan sinarnya (tak dapat dibezakan), nama menandai perbuatan seperti cermin dan bayangannya (perbuatan selalu mengikuti), sedang perbuatan menjadi wahana Dzat seperti samudera dan ombaknya.
Wejangan ke-2 Wahananing Dzat (Tempat Zat)
Sajatine Ingsun dat kang amurba amisesa kang kawasa anitahake sawiji-wiji, dadi sanalika, sampurna saka kodrat Ingsun, ing kono wus kanyatan pratandhaning apngal Ingsun kang minangka bebukaning iradat Ingsun, kang dhingin Ingsun anitahake kayu aran sajaratulyakin tumuwuh ing sajroning alam ngadam makdum ajali abadi. Nuli cahya aran nur muhammad, nuli kaca aran mirhatulkayai, nuli nyawa aran roh ilapi, nuli damar aran kandil, nuli sesotya aran darah, nuli dhindhing jalal aran kijab. Iku kang minangka warananing kalarat Ingsun.
Sesungguhnya AKU adalah Dzat yang Maha Kuasa, yang berkuasa menciptakan segala sesuatu, jadi seketika, sempurna karena kodratKU, di situ telah nyata tanda perbuatanKU yang sebagai pembuka kehendakKU, yang pertama AKU menciptakan Pohon Kayu bernama Sajaratul yakin tumbuh di dalam alam adam makdum (hampa kosong) yang azali dan kekal abadi. Kemudian Cahaya bernama Nur Muhammad, berikutnya Kaca bernama Mir’atul haya’i, selanjutnya Nyawa bernama Roh Idhofi, pelita bernama ‘Kandil’, Permata bernama Dharrah, lalu dinding pembatas bernama Hijab yang menjadi sekat penampakan-Ku.
Nasihat di atas menunjukkan pada kita bahwa AKU (Allah) merupakan dzat yang Maha Kuasa yang kuasa menciptakan segala sesuatu hanya dengan satu sabda saja yaitu KUN, maka seketika jadi (FA YAKUN), semua ciptaannya sempurna sebagai pertanda perbuatan (af’al) KU (Allah).
- Pertama diciptakan adalah Pohon (kayu) bernama Sajaratul Yakin, sajaratul kaun (pohon kejadian) yang merupakan awal dan asal mula penciptaan tumbuh di alam hampa sunyi senyap abadi (Ahadiyat) tumbuh dari benih Kaf dan Nun.
- Kedua diciptakan Cahaya yang diberi nama Nur Muhammad. Nur Muhammad ini merupakan bibit alam semesta, tercipta dari hasil penyaringan benih Kun sampai murni dan ditambah sinar HidayahNya lalu ditenggelamkan dalam lautan ar-Rahmah. (Hadis) seperti burung merak permata putih berada arah sajaratul yakin, hakikat cahaya, tajali Zat berada dalam nukat gaib, merupakan sifat Atma (Wahdat).
- Ketiga Allah menciptakan Kaca bernama Miratul hayai (Cermin Kehidupan/Cermin Malu), hakikatnya pramana yang diakui sebagai rahsanya Dzat, sebagai nama Atma (Wahidiyat).
- Keempat diciptakan Nyawa yang diberi nama Roh Idhofi, artinya nyawa yang jernih. Hadist ; ia berasal dari Nur Muhammad ; hakikat sukma yang diakui keadaan Dzat, merupakan perbuatan Atma (alam Arwah).
- Kelima diciptakan Lentera yang diberi nama Kandil, artinya lampu tanpa api. Hadis; berupa permata, cahaya berkilauan tanpa kaitan. Itulah keadaan Nur Muhammad dan tempat berkumpul semua roh, hakikat angan angan diakui sebagai bayangan Dzat, bingkai Atma (alam Misal).
- Keenam diciptakan Permata diberi nama Dharrah. Hadis ; ia mempunyai sinar yang beraneka warna satu tempat dengan malaikat, hakikat budi, sebagai perhiasan Dzat, pintu atma (alam Ajsam).
- Ketujuh diciptakan dinding pembatas antara kehidupan fisik dan non fisik, antara yang kasar dan halus, yang disebut hijab, artinya tabir yang agung. Hadis; ia timbul dari permata beraneka warna, pada waktu berherak menimbulkan buih, asap dan air, sebagai hakikat jasad, tempat Atma (insan kamil).
Buih
hijab kisma : jasad luar ; kulit, daging, ari
hijab rukmi : jasad dalam : otak, manik, hati, jantung
hijab retna : jasad lembut : mani, darah, sumsum
hijab pepeteng (kegelapan), napas
hijab guntur, panca indera
hijab api, nafsu
hijab air embun hidup ; perwujudan sukma
hijab nur rasa ; perwujudan rahsa
hijab nur cahya ; perwujudan Atma
Asap
air
Wejangan ke-3 Kahananing Dzat (Keadaan Dzat)
Sajatine manungsa iku rahsanIngsun lan Ingsun iku rahsaning manungsa, karana Ingsun anitahake adam asal saka anasir patang prakara, bumi, geni, angin, banyu. Iku kang dadi kawujudaning sipat Ingsun, ing kono Ingsun panjingi mudah limang prakara, nur, rahsa, roh, napsu, budi. Iya iku minangka warananing wajah Ingsun kang maha suci.
Sesungguhnya manusia itu rahsaKU dan AKU itu rahsanya manusia, karena AKU menciptakan Adam berasal dari empat perkara; bumi, api, angin, air. Itu sebagai perwujudan sifatKU, di sana AKU tempatkan lima perkara, nur, rahsa, roh, nafsu, budi. Itulah sebagai perwujudan wajahKU yang Maha Suci.
Nasehat ke-3 menerangkan bahwa manusia diciptakan sebagai ‘rahsa’ (bukan rasa, sebab antara rasa dan rahsa dalam keilmuan jawa berbeza) dari Allah, dan Allah itu sebagai ‘rahsa’ dari manusia. Yang dimaksud adalah bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambaranNya atau menurut citraNya, seperti pernah saya kemukakan bahwa pada tubuh manusia tertulis huruf ALLAH, yaitu : (terlihat saat mengangkat kedua tangan, seperti dalam takbiratul ihram, membaca allahu akbar)
- alif sebagai garis dari ujung jari tangan kanan turun hingga ke ujung jari kaki kanan,
- lam pertama dari ujung jari tangan kanan turun melalui bahu kanan dan naik ke puncak kepala,
- lam kedua dari puncak kepala turun melalui bahu kiri dan naik hingga ujung jari tangan kiri,
- ha sebagai garis dari ujung jari tangan kiri turun hingga ujung jari kaki kiri.
Dan manusia diciptakan berasal dari empat unsur yang merupakan gambaran sifatNya yaitu bumi, api, angin dan air.
Bumi dalam tubuh kita terwujud pada hal-2 yang bersifat kedagingan, dan dibagi menjadi dua hal yaitu yang merupakan unsur dari bapa berupa tulang, otot, kulit dan otak, dan unsur dari ibu berupa daging, darah, sungsum dan jerohan.
Api dalam tubuh menjadikan empat nafsu yaitu aluamah, amarah, supiyah dan mutmainah.
- Aluamah berwatak suka terhadap makanan, sifatnya membangkitkan kekuatan badan.
- Amarah berwatak suka marah, emosi, sifatnya membangkitkan kekuatan kehendak.
- Supiyah berwatak keinginan, keterpesonaan, keinginan memiliki, bersifat membangkitkan kekuatan pikir berupa akal.
- Mutmainah berwatak kesucian dan ketenangan, bersifat membangkitkan kekuatan untuk berpantang (bhs jawa : tarakbrata)
Angin dalam tubuh kita terwujud dalam empat hal yaitu napas, tannapas, anapas dan nupus.
- Napas merupakan ikatan badan fisik, bertempat di hati suwedhi, yaitu jembatan hati, berpintu di lisan
- Tannapas merupakan ikatan hati, bertempat di pusar, berpintu di hidung
- Anapas merupakan ikatan roh, berpintu di telinga
- Nupus merupakan ikatan rahsa, bertempat di hati fuad yang putih yaitu jembatan jantung, berpintu di mata.
Air dalam tubuh menjadikan empat elemen roh yaitu roh hewani, roh nabati, roh rabbani dan roh nurrani.
- Roh hewani, menumbuhkan kekuatan badan
- Roh nabati menumbuhkan rambut, kuku, dan menghidupkan budi
- Roh rabbani menumbuhkan rahsa (dzat hamba)
- Roh nurrani menumbuhkan cahaya.
Setelah empat unsur alam terbentuk dalam tubuh manusia, kemudian Allah menempatkan pula lima hal yaitu dzat hamba sebagai gambaran wajahNya yaitu nur, rahsa, roh, nafsu dan budi.
- Nur, merupakan terangnya cahya, jika mewakili Dzat Yang Maha Suci dapat menerangi lahir batin
- Rahsa, rasa jika mewakili Dzat Yang Maha Suci dapat menumbuhkan daya ketenteraman di lahir batin
- Roh, penglihatan roh jika mewakili Dzat Yang Maha Suci menjadikan penguasaan sempurna
- Nafsu, kekuatan nafsu jika mewakili Dzat Yang Maha Suci menumbuhkan kekuatan kehendak yang sentosa
- Budi, penciptaan budi jika mewakili Dzat Yang Maha Suci menumbuhkan daya cipta yang sentosa.
Oleh karena itulah beberapa orang mengatakan bahwa manusia mempunyai sifat-sifat Tuhan dan juga mempunyai kesucian wajah Tuhan.
Wejangan ke-4 Pambukaning tata malige ing dalem betalmakmur
sajatine Ingsun anata malige ana sajroning betalmakmur, iku omah enggoning parameyan Ingsun, jumeneng ana sirahing Adam. Kang ana sajroning sirah iku dimak, yaiku utek, kang ana antaraning utek iku manik, sajroning manik iku budi, sajroning budi iku napsu, sajroning napsu iku suksma, sajroning suksma iku rahsa, sajroning rahsa iku Ingsun, ora ana Pangeran anging Ingsun, dat kang nglimputi ing kahanan jati.
Sesungguhnya AKU bertahta dalam Baitul Makmur, itu rumah tempat pestaKU, berdiri di dalam kepala Adam. Yang pertama dalam kepala itu ‘dimak’ yaitu otak, yang ada di antara otak itu ‘manik’ di dalam ‘manik’ itu budi, di dalam budi itu nafsu, di dalam nafsu itu suksma, di dalam suksma itu rahsa, di dalam rahsa itu AKU, Tidak ada Tuhan selain AKU, Dzat yang meliputi keberadaan yang sesungguhnya.
Nasehat ini menyatakan bahwa Allah bertahta atau bersinggasana di dalam baitul makmur, yang berada di dalam kepala manusia. Barangkali kalau memakai bahasa orang-orang reiki yang dimaksud dengan baitul makmur adalah cakra mahkota yang ada di puncak kepala. Di dalam kepala manusia terdapat otak. Di antara otak itu sendiri terdapat lapisan-2 sebagai berikut :
Yang pertama ‘manik’
Di dalam manik terdapat budi
Dalam budi terdapat nafsu
Dalam nafsu terdapat suksma
Dalam suksma terdapat rahsa
Dalam rahsa terdapat AKU
Dan sesungguhnya tidak ada Tuhan selain hanya AKU, Dzat yang meliputi segalanya.
Kepala : Bentuk lahiriah Baitul Makmur.
Otak : Keadaan kontha, narik kejelasan cahaya, merupakan pembuka Dzat.
Manik : Keadaan pramana, menjelaskan warna, menjadi pangkal penglihatan.
Budi : Keadaan pranawa, memperjelas kehendak, menjadi pangkal pembicaraan.
Nafsu : Keadaan hawa, memperjelas nyawa, menjadi pangkal pendengaran.
Suksma : Keadaan nyawa, memperjelas cipta, menjadi pangkal penciuman.
Rahsa : Keadaan atma, memperjelas kuasa, menjadi pangkal perasaan.
Wejangan ke-5 Pambuka tata malige ing dalem betalmukarram
sajatine Ingsun anata malige sajroning betalmukarram, iku omah enggoning lalarangan Ingsun, jumeneng ana ing dhadha ning adam. Kang ana sajroning dhadha iku ati, kang ana antaraning ati iku jantung, sajroning jantung iku budi, sajroning budi iku jinem , yaiku angen-angen, sajroning angen-angen iku suksma, sajroning suksma iku rahsa, sajroning rahsa iku Ingsun. Ora ana pangeran anging Ingsun dat kang anglimputi ing kaanan jati
Nasehat ke-5 Pembuka tahta dalam baitul mukarram
Sesungguhnya AKU bertahta dalam Baitul Muharram, itu rumah tempat laranganKU, berdiri di dalam dada adam. Yang ada di dalam dada itu hati, yang ada di antara hati itu jantung, dalam jantung itu budi, dalam budi itu jinem, yaitu angan angan, dalam angan angan itu suksma, dalam suksma itu rahsa, dalam rahsa itu AKU. Tidak ada Tuhan kecuali hanya AKU dzat yang meliputi keberadaan yang sesungguhnya.
Dalam nasehat ini Allah menyatakan bahwa diriNya bertahta di baitul muharram yang menjadi tempat larangan, berada di dalam dada manusia. Mungkin yang dimaksud adalah cakra jantung. Disebutkan bahwa di dalam dada manusia itu terdapat susunan sebagai berikut :
Pertama hati (kalbu)
Di antara hati terdapat jantung,
Di dalam jantung ada budi
Di dalam budi ada angan-2
Di dalam angan-2 ada suksma
Di dalam suksma ada rahsa
Di dalam rahsa ada AKU
Kembali di wejangan ke-5 ini ditegaskan bahwa tidak ada Tuhan selain AKU (Allah), dzat yang meliputi keberadaan sesungguhnya (kahanan jati). Mengapa itu perlu ditegaskan, karena untuk menghindari salah pengertian bagi mereka yang telah mendapatkan wejangan ini, jangan sampai karena merasa bahwa AKU (Allah) bertahta di kepala dan di dalam manusia, lalu manusia tersebut mengaku dirinya sebagai Tuhan, maka manusia tersebut telah jauh tersesat.
Dada : Bentuk lahiriah Baitul Muharram.
Hati : Keadaan panca indera, memperjelas nafsu, menjadi pangkal timbulnya nafas.
Jantung : Keadaan panca maya, memperjelas birahi, menjadi pangkal timbulnya denyutan.
Budi : Keadaan pranawa, memperjelas kehendak, menjadi pangkal timbulnya pembicara.
jinem : Keadaan angan angan, memperjelas suara, menjadi pangkal timbulnya pendengaran.
Suksma : Keadaan nyawa, memperjelas cipta, menjadi pangkal timbulnya penciuman.
Rahsa : Keadaan atma, memperjelas kuasa, menjadi pangkal timbulnya perasaan.
Wejangan ke-6 Pambuka tata malige ing dalem betalmukadas
sajatine Ingsun anata malige ana sajroning betalmukadas, iku omah enggoning pasucen Ingsun, jumeneng ana ing kontholing adam. Kang ana sajroning konthol iku prinsilan, kang ana ing antaraning pringsilan ikku nutpah, yaiku mani, sajroning mani iku madi, sajroning madi iku wadi, sajroning wadi iku manikem, sajroning manikem iku rahsa, sajroning rahsa iku Ingsun. Ora ana pangeran anging Ingsun dat kang anglimputi ing kaanan jati, jumeneng sajroning nukat gaib, tumurun dadi johar awal, ing kono wahananing alam akadiyat, wahdat, wakidiyat, alam arwah, alam misal, alam ajsam, alam insan kamil, dadining manungsa sampurna yaiku sajatining sipatIngsun.
Sesungguhnya AKU bertahta di dalam Baitul Muqadas, itu rumah tempat kesucianKU, berdiri di penis/alat kelamin (konthol) adam. Yang ada di dalam penis itu buah pelir (pringsilan), di antara pelir itu nutfah yaitu mani, di dalam mani itu madi, di dalam madi itu wadi, di dalam wadi itu manikem, di dalam manikem itu rahsa, di dalam rahsa itu AKU. Tidak ada Tuhan selain AKU, Dzat yang meliputi keberadaan sesungguhnya, berdiri di dalam nukat gaib, turun menjadi johar awal, di situ keberadaan alam ahadiyat, wahdat, wahidiyat, alam arwah, alam misal, alam ajsam, alam insan kamil, jadinya manusia sempurna yaitu sejatinya sifatKU. Nasehat ini menyatakan bahwa ALLAH bertahta di baitul muqadas atau baitul maqdis yang merupakan tempat suciNYA yang berada di alat kelamin manusia yang tersusun atas hal hal sebagai berikut :
Pertama pelir, yang berisi nutfah atau mani
Madi yang merupakan sari dari mani
Wadi sebagai sari dari madi
Manikem sebagai sari dari wadi
Di dalam manikem ada rahsa
Di dalam rahsa ada AKU.
Dan sesungguhnya tidak ada Tuhan selain hanya AKU, Dzat yang meliputi segalanya.
kontol : Bentuk lahiriah Baitul Mukaddas.
Buah pelir : Keadaan purba, diresapi rasa birahi, menimbulkan asmaranala, yaitu tertariknya hati.
Mani : Keadaan konta, diresapi hawa nafsu, menimbulkan asmaratura, yaitu tertariknya penglihatan.
Madi : Keadaan warna, diresapi kehendak, menimbulkan asmaraturida, yaitu tertariknya pendengaran.
Wadi : Keadaan rupa, diresapi daya pikir, menimbulkan asmaradana, yaitu tertariknya oleh kesamaan pembicaraan.
Manikem : Keadaan suksma, diresapi perasaan, menimbulkan asmaratantra, yaitu tertarik lantaran bersentuhan.
Rahsa : Keadaan atma, diresapi kuasa, menimbulkan asmaragama, yaitu kesenangan bersenggama.
Di sini disebutkan pula bahwa manusia sempurna adalah sebagai perwujudan sifatNYA dan terbentuk melalui tujuh tahapan alam yang dilaluinya, biasa dikenal dengan martabat tujuh;
Pertama alam ahadiyah
Kedua wahdat
Ketiga wahidiyah
Keempat arwah
Kelima missal
Keenam ajsam
Ketujuh insan kamil (manusia sempurna).
Wejangan ke-7 Panetep santosaning iman
Ingsun anekseni satuhune ora ana Pangeran anging Ingsun lan anekseni Ingsun satuhune muhammad iku utusan Ingsun
AKU menyaksikan bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali AKU dan AKU menyaksikan sesungguhnya muhammad itu adalah utusanKU.
Ini adalah wirid rahasia, yang hanya boleh diamalkan oleh orang yang sudah mengetahui hakikat diriNya, yang telah mengerti sangkan paraning dumadi (asal muasal kejadian ). Wirid ini dibaca dalam rasa terdalam, dalam sirr yang hanya dapat di dengar oleh dirinya dan Tuhannya dalam keadaan hening dengan menempatkan diri dalam martabat Ahadiyat, merasa dirinya lenyap tak berwujud yang ada hanya wujud Dzat Allah yang tak teridentifikasikan oleh panca indera.
Dalam khasanah makrifat :
“ Aku menyaksikan (dengan mata hatiku) bahwa tidak ada apa apa (hampa) selain hanya (wujud) Allah saja. Dan Aku menyaksikan (dengan mata kepalaku) bahwa sesungguhnya alam semesta ini (yang diciptakan dari Nur Muhammad) hakikatnya adalah utusan (yang bertugas memperlihatkan sifat, nama, af’al) Allah.
Wejangan ke-8 Sasahidan
Ingsun anekseni ing DatIngsun dhewe, satuhune ora ana Pangeran anging Ingsun, lan anekseni Ingsun satuhune muhammad iku utusanIngsun. Iya sejatine kan aran Allah iku badanIngsun, rasul iku rahsaNingsun, muhammad iku cahayaNingsun. Iya Ingsun kang urip tan kena ing pati, iya Ingsun kang eling tan kena ing lali, iya Ingsun kang langgeng ora kena owah gingsir ing kaanan jati, iya Ingsun kang waskitha, ora kasamaran ing sawiji-wiji. Iya Ingsun kang amurba amisesa, kang kawasa wicaksana ora kekurangan ing pakerthi, byar sampurna padhang terawangan, ora karasa apa-apa, ora ana katon apa-apa, amung Ingsun kang anglimputi ing alam kabeh kalawan kodratIngsun
AKU menyaksikan pada DzatKU sendiri, sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali AKU, dan menyaksikan AKU sesungguhnya muhammad itu utusanKU. Sesungguhnya yang bernama Allah itu badanKU, rasul itu rahsaKU, muhammad itu cahayaKU. AKUlah yang hidup tidak bisa mati, AKUlah yang ingat tidak bisa lupa, AKUlah yang kekal tidak bisa berubah dalam keberadaan yang sesungguhnya, AKUlah waskita, tidak ada tersamar pada sesuatu pun. AKUlah yang berkuasa berkehendak, yang kuasa bijaksana tidak kurang dalam tindakan, terang sempurna jelas terlihat, tidak terasa apa pun, tidak kelihatan apa pun, kecuali hanya AKU yang meliputi alam semua dengan kuasa (kodrat)KU.
Nasehat ini merupakan penutup yang berupa sahadat atau penyaksian. Nasehat pertama sampai dengan kedelapan merupakan satu rangkaian yang tidak boleh diputus, sebab jika terputus maka pemahamannya akan berkurang.
Mengawinkan badan dan nyawa; Allah yang mengawinkan, Rasul sebagai walinya, Muhammad penghulunya, dan saksi empat orang malaikat. Yakni Aku yang mengawini badanKu sendiri, sepertemuan dengan suksmaKu, dengan rahsaKu, sebagai wali, disyatikan oleh cahayaKu, disaksikan malaikat empat; Jibril ialah pengucapKu, Mikail penciumanKu. Israfil penglihatanKu, dan Izrail pendengaranKu, serta mas kawinnya sempurna karena kodratKu.
Tata cara menggunakan daya kekuasaan Dzat :
- Mengumpulkan Manusia dengan Tuhan
“Aku Dzat Tuhan yang bersifat Esa, meliputi hamba-Ku, manunggal jadi satu keadaan, menjadi sempurna lantaran kodrat-Ku”.
- Menyucikan Dzat
“Aku Dzat yang Maha Suci yang bersifat Kekal, yang Maha Menguasai, yang Kuasa dan yang Sempurna, menjadi suci kembali Dzat-Ku lantaran kodrat-Ku”.
- Mengatur Singgasana Dzat
“Aku Dzat yang Maha Luhur, yang menjadi Raja Agung, yang Maha Menguasai, yang Kuasa menciptakan istana-Ku, lengkap pula bala tentara-Ku, tak ada yang kekurangan, kelihatan terbentang apa yang Kuciptakan, ada segala yang Kuingini, datang dari segala yang Kukehendaki, lantaran kodrat-Ku”
- Meracut
“BadanKu yang tertinggal di alam dunia, bila telah berada pada zaman keramat yang Maha Mulia, bulu, kulit, daging, darah, tulang dan sungsum, berasal dari cahaya kembali menjadi cahaya, sempurna kembali padaKu, karena kodratKu”.
- Menarik
“Anak-Ku seterusnya ke atas dan ke bawah, semua yang pulang kembali ke zaman keramat alam masing masing harap suci, mulia, sempurna seperti Aku, karena kodratKu”.
- Terbentangnya Alam Semesta
“Aku jadikan alam dunia beserta isinya, dan setelah sampai batas waktunya, Aku gulung kembali. Mulia sempurna menjadi satu dengan-Ku kembali, lantaran kodrat-Ku”.
- Kesejahteraan Keturunan
“KeturunanKu yang masih tinggal di alam dunia, semoga semua mendapatkan kesukaan, kaya dan terhormat. Jangan sampai ada yang kekurangan, semoga selamat sejahtera ke atas dan ke bawah, karena kodrat-Ku”.
- Mengamalkan Daya Pengasihan
“Semua makhluk-ku, sama melihat dan mendengar. Semoga belas kasih kepada-Ku, karena kodrat-Ku”.
- Menerapkan daya Kesaktian
“Semua makhluk-Ku yang tidak mengindahkan Aku, semoga mendapat daya kesaktian-Ku, karena kodrat-Ku”.
Semuanya yang di atas itu dapat disingkat :
“Segala macam cahaya semua yang terliputi oleh Dzat-Ku. Akulah Dzat Gusti yang bersifat Esa. Akulah Dzat Yang Maha Suci bersifat Kekal. Akulah Dzat yang Maha Luhur menjadi Raja Agung, Maha Kuasa. Kuasa membinasakan badan-Ku, menarik anak keturunan-Ku, menggulung dunia-Ku, menyebarkan keturunan-Ku, menerapkan rasa kasih kepada hamba-Ku, menganggap anak kepada makhluk-Ku, semuanya sempurna lantaran kodrat-Ku”.
Wejangan ke-1 Ananing Dzat
Sajatine ora ana apa-apa awit duk maksih awang-uwung durung ana sawiji-wiji, kang ana dhingin Ingsun, sajatine kang maha suci anglimputi ing sipat Ingsun, anartaning asman Ingsun, amratandhani ing apngalIngsun. (Sesungguhnya tidak ada apa-apa karena pada waktu masih dalam keadaan kosong, belum ada sesuatupun, yang ada hanyalah Aku. Tidak ada tuhan selain Aku. Aku adalah hakikat Zat yang Maha Suci yang meliputi sifat-Ku, yang menyertai Nama-Ku, dan yang menandai perbuatanKu.).
Penjelasan:
Yang menyatakan sebagai Dzat yang Maha Suci ialah hidup kita pribadi, rupa kita pribadi diliputi warna Dzat yang Elok, menyertai nama ialah nama kita pribadi yang diakui sebagai Dzat yang Kuasa, sebagai tandanya tingkah laku kita pribadi mencerminkan perbuatan Dzat yang Sempurna,dengan bertambahnya rahsa Dzat yang Agung, semua sifat ialah
Dzat mempunyai sifat seperti gula dan manisnya (tak dapat dipisahkan), sifat menyertai nama seperti matahari dan sinarnya (tak dapat dibezakan), nama menandai perbuatan seperti cermin dan bayangannya (perbuatan selalu mengikuti), sedang perbuatan menjadi wahana Dzat seperti samudera dan ombaknya.
Wejangan ke-2 Wahananing Dzat (Tempat Zat)
Sajatine Ingsun dat kang amurba amisesa kang kawasa anitahake sawiji-wiji, dadi sanalika, sampurna saka kodrat Ingsun, ing kono wus kanyatan pratandhaning apngal Ingsun kang minangka bebukaning iradat Ingsun, kang dhingin Ingsun anitahake kayu aran sajaratulyakin tumuwuh ing sajroning alam ngadam makdum ajali abadi. Nuli cahya aran nur muhammad, nuli kaca aran mirhatulkayai, nuli nyawa aran roh ilapi, nuli damar aran kandil, nuli sesotya aran darah, nuli dhindhing jalal aran kijab. Iku kang minangka warananing kalarat Ingsun.
Sesungguhnya AKU adalah Dzat yang Maha Kuasa, yang berkuasa menciptakan segala sesuatu, jadi seketika, sempurna karena kodratKU, di situ telah nyata tanda perbuatanKU yang sebagai pembuka kehendakKU, yang pertama AKU menciptakan Pohon Kayu bernama Sajaratul yakin tumbuh di dalam alam adam makdum (hampa kosong) yang azali dan kekal abadi. Kemudian Cahaya bernama Nur Muhammad, berikutnya Kaca bernama Mir’atul haya’i, selanjutnya Nyawa bernama Roh Idhofi, pelita bernama ‘Kandil’, Permata bernama Dharrah, lalu dinding pembatas bernama Hijab yang menjadi sekat penampakan-Ku.
Nasihat di atas menunjukkan pada kita bahwa AKU (Allah) merupakan dzat yang Maha Kuasa yang kuasa menciptakan segala sesuatu hanya dengan satu sabda saja yaitu KUN, maka seketika jadi (FA YAKUN), semua ciptaannya sempurna sebagai pertanda perbuatan (af’al) KU (Allah).
- Pertama diciptakan adalah Pohon (kayu) bernama Sajaratul Yakin, sajaratul kaun (pohon kejadian) yang merupakan awal dan asal mula penciptaan tumbuh di alam hampa sunyi senyap abadi (Ahadiyat) tumbuh dari benih Kaf dan Nun.
- Kedua diciptakan Cahaya yang diberi nama Nur Muhammad. Nur Muhammad ini merupakan bibit alam semesta, tercipta dari hasil penyaringan benih Kun sampai murni dan ditambah sinar HidayahNya lalu ditenggelamkan dalam lautan ar-Rahmah. (Hadis) seperti burung merak permata putih berada arah sajaratul yakin, hakikat cahaya, tajali Zat berada dalam nukat gaib, merupakan sifat Atma (Wahdat).
- Ketiga Allah menciptakan Kaca bernama Miratul hayai (Cermin Kehidupan/Cermin Malu), hakikatnya pramana yang diakui sebagai rahsanya Dzat, sebagai nama Atma (Wahidiyat).
- Keempat diciptakan Nyawa yang diberi nama Roh Idhofi, artinya nyawa yang jernih. Hadist ; ia berasal dari Nur Muhammad ; hakikat sukma yang diakui keadaan Dzat, merupakan perbuatan Atma (alam Arwah).
- Kelima diciptakan Lentera yang diberi nama Kandil, artinya lampu tanpa api. Hadis; berupa permata, cahaya berkilauan tanpa kaitan. Itulah keadaan Nur Muhammad dan tempat berkumpul semua roh, hakikat angan angan diakui sebagai bayangan Dzat, bingkai Atma (alam Misal).
- Keenam diciptakan Permata diberi nama Dharrah. Hadis ; ia mempunyai sinar yang beraneka warna satu tempat dengan malaikat, hakikat budi, sebagai perhiasan Dzat, pintu atma (alam Ajsam).
- Ketujuh diciptakan dinding pembatas antara kehidupan fisik dan non fisik, antara yang kasar dan halus, yang disebut hijab, artinya tabir yang agung. Hadis; ia timbul dari permata beraneka warna, pada waktu berherak menimbulkan buih, asap dan air, sebagai hakikat jasad, tempat Atma (insan kamil).
Buih
hijab kisma : jasad luar ; kulit, daging, ari
hijab rukmi : jasad dalam : otak, manik, hati, jantung
hijab retna : jasad lembut : mani, darah, sumsum
hijab pepeteng (kegelapan), napas
hijab guntur, panca indera
hijab api, nafsu
hijab air embun hidup ; perwujudan sukma
hijab nur rasa ; perwujudan rahsa
hijab nur cahya ; perwujudan Atma
Asap
air
Wejangan ke-3 Kahananing Dzat (Keadaan Dzat)
Sajatine manungsa iku rahsanIngsun lan Ingsun iku rahsaning manungsa, karana Ingsun anitahake adam asal saka anasir patang prakara, bumi, geni, angin, banyu. Iku kang dadi kawujudaning sipat Ingsun, ing kono Ingsun panjingi mudah limang prakara, nur, rahsa, roh, napsu, budi. Iya iku minangka warananing wajah Ingsun kang maha suci.
Sesungguhnya manusia itu rahsaKU dan AKU itu rahsanya manusia, karena AKU menciptakan Adam berasal dari empat perkara; bumi, api, angin, air. Itu sebagai perwujudan sifatKU, di sana AKU tempatkan lima perkara, nur, rahsa, roh, nafsu, budi. Itulah sebagai perwujudan wajahKU yang Maha Suci.
Nasehat ke-3 menerangkan bahwa manusia diciptakan sebagai ‘rahsa’ (bukan rasa, sebab antara rasa dan rahsa dalam keilmuan jawa berbeza) dari Allah, dan Allah itu sebagai ‘rahsa’ dari manusia. Yang dimaksud adalah bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambaranNya atau menurut citraNya, seperti pernah saya kemukakan bahwa pada tubuh manusia tertulis huruf ALLAH, yaitu : (terlihat saat mengangkat kedua tangan, seperti dalam takbiratul ihram, membaca allahu akbar)
- alif sebagai garis dari ujung jari tangan kanan turun hingga ke ujung jari kaki kanan,
- lam pertama dari ujung jari tangan kanan turun melalui bahu kanan dan naik ke puncak kepala,
- lam kedua dari puncak kepala turun melalui bahu kiri dan naik hingga ujung jari tangan kiri,
- ha sebagai garis dari ujung jari tangan kiri turun hingga ujung jari kaki kiri.
Dan manusia diciptakan berasal dari empat unsur yang merupakan gambaran sifatNya yaitu bumi, api, angin dan air.
Bumi dalam tubuh kita terwujud pada hal-2 yang bersifat kedagingan, dan dibagi menjadi dua hal yaitu yang merupakan unsur dari bapa berupa tulang, otot, kulit dan otak, dan unsur dari ibu berupa daging, darah, sungsum dan jerohan.
Api dalam tubuh menjadikan empat nafsu yaitu aluamah, amarah, supiyah dan mutmainah.
- Aluamah berwatak suka terhadap makanan, sifatnya membangkitkan kekuatan badan.
- Amarah berwatak suka marah, emosi, sifatnya membangkitkan kekuatan kehendak.
- Supiyah berwatak keinginan, keterpesonaan, keinginan memiliki, bersifat membangkitkan kekuatan pikir berupa akal.
- Mutmainah berwatak kesucian dan ketenangan, bersifat membangkitkan kekuatan untuk berpantang (bhs jawa : tarakbrata)
Angin dalam tubuh kita terwujud dalam empat hal yaitu napas, tannapas, anapas dan nupus.
- Napas merupakan ikatan badan fisik, bertempat di hati suwedhi, yaitu jembatan hati, berpintu di lisan
- Tannapas merupakan ikatan hati, bertempat di pusar, berpintu di hidung
- Anapas merupakan ikatan roh, berpintu di telinga
- Nupus merupakan ikatan rahsa, bertempat di hati fuad yang putih yaitu jembatan jantung, berpintu di mata.
Air dalam tubuh menjadikan empat elemen roh yaitu roh hewani, roh nabati, roh rabbani dan roh nurrani.
- Roh hewani, menumbuhkan kekuatan badan
- Roh nabati menumbuhkan rambut, kuku, dan menghidupkan budi
- Roh rabbani menumbuhkan rahsa (dzat hamba)
- Roh nurrani menumbuhkan cahaya.
Setelah empat unsur alam terbentuk dalam tubuh manusia, kemudian Allah menempatkan pula lima hal yaitu dzat hamba sebagai gambaran wajahNya yaitu nur, rahsa, roh, nafsu dan budi.
- Nur, merupakan terangnya cahya, jika mewakili Dzat Yang Maha Suci dapat menerangi lahir batin
- Rahsa, rasa jika mewakili Dzat Yang Maha Suci dapat menumbuhkan daya ketenteraman di lahir batin
- Roh, penglihatan roh jika mewakili Dzat Yang Maha Suci menjadikan penguasaan sempurna
- Nafsu, kekuatan nafsu jika mewakili Dzat Yang Maha Suci menumbuhkan kekuatan kehendak yang sentosa
- Budi, penciptaan budi jika mewakili Dzat Yang Maha Suci menumbuhkan daya cipta yang sentosa.
Oleh karena itulah beberapa orang mengatakan bahwa manusia mempunyai sifat-sifat Tuhan dan juga mempunyai kesucian wajah Tuhan.
Wejangan ke-4 Pambukaning tata malige ing dalem betalmakmur
sajatine Ingsun anata malige ana sajroning betalmakmur, iku omah enggoning parameyan Ingsun, jumeneng ana sirahing Adam. Kang ana sajroning sirah iku dimak, yaiku utek, kang ana antaraning utek iku manik, sajroning manik iku budi, sajroning budi iku napsu, sajroning napsu iku suksma, sajroning suksma iku rahsa, sajroning rahsa iku Ingsun, ora ana Pangeran anging Ingsun, dat kang nglimputi ing kahanan jati.
Sesungguhnya AKU bertahta dalam Baitul Makmur, itu rumah tempat pestaKU, berdiri di dalam kepala Adam. Yang pertama dalam kepala itu ‘dimak’ yaitu otak, yang ada di antara otak itu ‘manik’ di dalam ‘manik’ itu budi, di dalam budi itu nafsu, di dalam nafsu itu suksma, di dalam suksma itu rahsa, di dalam rahsa itu AKU, Tidak ada Tuhan selain AKU, Dzat yang meliputi keberadaan yang sesungguhnya.
Nasehat ini menyatakan bahwa Allah bertahta atau bersinggasana di dalam baitul makmur, yang berada di dalam kepala manusia. Barangkali kalau memakai bahasa orang-orang reiki yang dimaksud dengan baitul makmur adalah cakra mahkota yang ada di puncak kepala. Di dalam kepala manusia terdapat otak. Di antara otak itu sendiri terdapat lapisan-2 sebagai berikut :
Yang pertama ‘manik’
Di dalam manik terdapat budi
Dalam budi terdapat nafsu
Dalam nafsu terdapat suksma
Dalam suksma terdapat rahsa
Dalam rahsa terdapat AKU
Dan sesungguhnya tidak ada Tuhan selain hanya AKU, Dzat yang meliputi segalanya.
Kepala : Bentuk lahiriah Baitul Makmur.
Otak : Keadaan kontha, narik kejelasan cahaya, merupakan pembuka Dzat.
Manik : Keadaan pramana, menjelaskan warna, menjadi pangkal penglihatan.
Budi : Keadaan pranawa, memperjelas kehendak, menjadi pangkal pembicaraan.
Nafsu : Keadaan hawa, memperjelas nyawa, menjadi pangkal pendengaran.
Suksma : Keadaan nyawa, memperjelas cipta, menjadi pangkal penciuman.
Rahsa : Keadaan atma, memperjelas kuasa, menjadi pangkal perasaan.
Wejangan ke-5 Pambuka tata malige ing dalem betalmukarram
sajatine Ingsun anata malige sajroning betalmukarram, iku omah enggoning lalarangan Ingsun, jumeneng ana ing dhadha ning adam. Kang ana sajroning dhadha iku ati, kang ana antaraning ati iku jantung, sajroning jantung iku budi, sajroning budi iku jinem , yaiku angen-angen, sajroning angen-angen iku suksma, sajroning suksma iku rahsa, sajroning rahsa iku Ingsun. Ora ana pangeran anging Ingsun dat kang anglimputi ing kaanan jati
Nasehat ke-5 Pembuka tahta dalam baitul mukarram
Sesungguhnya AKU bertahta dalam Baitul Muharram, itu rumah tempat laranganKU, berdiri di dalam dada adam. Yang ada di dalam dada itu hati, yang ada di antara hati itu jantung, dalam jantung itu budi, dalam budi itu jinem, yaitu angan angan, dalam angan angan itu suksma, dalam suksma itu rahsa, dalam rahsa itu AKU. Tidak ada Tuhan kecuali hanya AKU dzat yang meliputi keberadaan yang sesungguhnya.
Dalam nasehat ini Allah menyatakan bahwa diriNya bertahta di baitul muharram yang menjadi tempat larangan, berada di dalam dada manusia. Mungkin yang dimaksud adalah cakra jantung. Disebutkan bahwa di dalam dada manusia itu terdapat susunan sebagai berikut :
Pertama hati (kalbu)
Di antara hati terdapat jantung,
Di dalam jantung ada budi
Di dalam budi ada angan-2
Di dalam angan-2 ada suksma
Di dalam suksma ada rahsa
Di dalam rahsa ada AKU
Kembali di wejangan ke-5 ini ditegaskan bahwa tidak ada Tuhan selain AKU (Allah), dzat yang meliputi keberadaan sesungguhnya (kahanan jati). Mengapa itu perlu ditegaskan, karena untuk menghindari salah pengertian bagi mereka yang telah mendapatkan wejangan ini, jangan sampai karena merasa bahwa AKU (Allah) bertahta di kepala dan di dalam manusia, lalu manusia tersebut mengaku dirinya sebagai Tuhan, maka manusia tersebut telah jauh tersesat.
Dada : Bentuk lahiriah Baitul Muharram.
Hati : Keadaan panca indera, memperjelas nafsu, menjadi pangkal timbulnya nafas.
Jantung : Keadaan panca maya, memperjelas birahi, menjadi pangkal timbulnya denyutan.
Budi : Keadaan pranawa, memperjelas kehendak, menjadi pangkal timbulnya pembicara.
jinem : Keadaan angan angan, memperjelas suara, menjadi pangkal timbulnya pendengaran.
Suksma : Keadaan nyawa, memperjelas cipta, menjadi pangkal timbulnya penciuman.
Rahsa : Keadaan atma, memperjelas kuasa, menjadi pangkal timbulnya perasaan.
Wejangan ke-6 Pambuka tata malige ing dalem betalmukadas
sajatine Ingsun anata malige ana sajroning betalmukadas, iku omah enggoning pasucen Ingsun, jumeneng ana ing kontholing adam. Kang ana sajroning konthol iku prinsilan, kang ana ing antaraning pringsilan ikku nutpah, yaiku mani, sajroning mani iku madi, sajroning madi iku wadi, sajroning wadi iku manikem, sajroning manikem iku rahsa, sajroning rahsa iku Ingsun. Ora ana pangeran anging Ingsun dat kang anglimputi ing kaanan jati, jumeneng sajroning nukat gaib, tumurun dadi johar awal, ing kono wahananing alam akadiyat, wahdat, wakidiyat, alam arwah, alam misal, alam ajsam, alam insan kamil, dadining manungsa sampurna yaiku sajatining sipatIngsun.
Sesungguhnya AKU bertahta di dalam Baitul Muqadas, itu rumah tempat kesucianKU, berdiri di penis/alat kelamin (konthol) adam. Yang ada di dalam penis itu buah pelir (pringsilan), di antara pelir itu nutfah yaitu mani, di dalam mani itu madi, di dalam madi itu wadi, di dalam wadi itu manikem, di dalam manikem itu rahsa, di dalam rahsa itu AKU. Tidak ada Tuhan selain AKU, Dzat yang meliputi keberadaan sesungguhnya, berdiri di dalam nukat gaib, turun menjadi johar awal, di situ keberadaan alam ahadiyat, wahdat, wahidiyat, alam arwah, alam misal, alam ajsam, alam insan kamil, jadinya manusia sempurna yaitu sejatinya sifatKU. Nasehat ini menyatakan bahwa ALLAH bertahta di baitul muqadas atau baitul maqdis yang merupakan tempat suciNYA yang berada di alat kelamin manusia yang tersusun atas hal hal sebagai berikut :
Pertama pelir, yang berisi nutfah atau mani
Madi yang merupakan sari dari mani
Wadi sebagai sari dari madi
Manikem sebagai sari dari wadi
Di dalam manikem ada rahsa
Di dalam rahsa ada AKU.
Dan sesungguhnya tidak ada Tuhan selain hanya AKU, Dzat yang meliputi segalanya.
kontol : Bentuk lahiriah Baitul Mukaddas.
Buah pelir : Keadaan purba, diresapi rasa birahi, menimbulkan asmaranala, yaitu tertariknya hati.
Mani : Keadaan konta, diresapi hawa nafsu, menimbulkan asmaratura, yaitu tertariknya penglihatan.
Madi : Keadaan warna, diresapi kehendak, menimbulkan asmaraturida, yaitu tertariknya pendengaran.
Wadi : Keadaan rupa, diresapi daya pikir, menimbulkan asmaradana, yaitu tertariknya oleh kesamaan pembicaraan.
Manikem : Keadaan suksma, diresapi perasaan, menimbulkan asmaratantra, yaitu tertarik lantaran bersentuhan.
Rahsa : Keadaan atma, diresapi kuasa, menimbulkan asmaragama, yaitu kesenangan bersenggama.
Di sini disebutkan pula bahwa manusia sempurna adalah sebagai perwujudan sifatNYA dan terbentuk melalui tujuh tahapan alam yang dilaluinya, biasa dikenal dengan martabat tujuh;
Pertama alam ahadiyah
Kedua wahdat
Ketiga wahidiyah
Keempat arwah
Kelima missal
Keenam ajsam
Ketujuh insan kamil (manusia sempurna).
Wejangan ke-7 Panetep santosaning iman
Ingsun anekseni satuhune ora ana Pangeran anging Ingsun lan anekseni Ingsun satuhune muhammad iku utusan Ingsun
AKU menyaksikan bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali AKU dan AKU menyaksikan sesungguhnya muhammad itu adalah utusanKU.
Ini adalah wirid rahasia, yang hanya boleh diamalkan oleh orang yang sudah mengetahui hakikat diriNya, yang telah mengerti sangkan paraning dumadi (asal muasal kejadian ). Wirid ini dibaca dalam rasa terdalam, dalam sirr yang hanya dapat di dengar oleh dirinya dan Tuhannya dalam keadaan hening dengan menempatkan diri dalam martabat Ahadiyat, merasa dirinya lenyap tak berwujud yang ada hanya wujud Dzat Allah yang tak teridentifikasikan oleh panca indera.
Dalam khasanah makrifat :
“ Aku menyaksikan (dengan mata hatiku) bahwa tidak ada apa apa (hampa) selain hanya (wujud) Allah saja. Dan Aku menyaksikan (dengan mata kepalaku) bahwa sesungguhnya alam semesta ini (yang diciptakan dari Nur Muhammad) hakikatnya adalah utusan (yang bertugas memperlihatkan sifat, nama, af’al) Allah.
Wejangan ke-8 Sasahidan
Ingsun anekseni ing DatIngsun dhewe, satuhune ora ana Pangeran anging Ingsun, lan anekseni Ingsun satuhune muhammad iku utusanIngsun. Iya sejatine kan aran Allah iku badanIngsun, rasul iku rahsaNingsun, muhammad iku cahayaNingsun. Iya Ingsun kang urip tan kena ing pati, iya Ingsun kang eling tan kena ing lali, iya Ingsun kang langgeng ora kena owah gingsir ing kaanan jati, iya Ingsun kang waskitha, ora kasamaran ing sawiji-wiji. Iya Ingsun kang amurba amisesa, kang kawasa wicaksana ora kekurangan ing pakerthi, byar sampurna padhang terawangan, ora karasa apa-apa, ora ana katon apa-apa, amung Ingsun kang anglimputi ing alam kabeh kalawan kodratIngsun
AKU menyaksikan pada DzatKU sendiri, sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali AKU, dan menyaksikan AKU sesungguhnya muhammad itu utusanKU. Sesungguhnya yang bernama Allah itu badanKU, rasul itu rahsaKU, muhammad itu cahayaKU. AKUlah yang hidup tidak bisa mati, AKUlah yang ingat tidak bisa lupa, AKUlah yang kekal tidak bisa berubah dalam keberadaan yang sesungguhnya, AKUlah waskita, tidak ada tersamar pada sesuatu pun. AKUlah yang berkuasa berkehendak, yang kuasa bijaksana tidak kurang dalam tindakan, terang sempurna jelas terlihat, tidak terasa apa pun, tidak kelihatan apa pun, kecuali hanya AKU yang meliputi alam semua dengan kuasa (kodrat)KU.
Nasehat ini merupakan penutup yang berupa sahadat atau penyaksian. Nasehat pertama sampai dengan kedelapan merupakan satu rangkaian yang tidak boleh diputus, sebab jika terputus maka pemahamannya akan berkurang.
Mengawinkan badan dan nyawa; Allah yang mengawinkan, Rasul sebagai walinya, Muhammad penghulunya, dan saksi empat orang malaikat. Yakni Aku yang mengawini badanKu sendiri, sepertemuan dengan suksmaKu, dengan rahsaKu, sebagai wali, disyatikan oleh cahayaKu, disaksikan malaikat empat; Jibril ialah pengucapKu, Mikail penciumanKu. Israfil penglihatanKu, dan Izrail pendengaranKu, serta mas kawinnya sempurna karena kodratKu.
Tata cara menggunakan daya kekuasaan Dzat :
- Mengumpulkan Manusia dengan Tuhan
“Aku Dzat Tuhan yang bersifat Esa, meliputi hamba-Ku, manunggal jadi satu keadaan, menjadi sempurna lantaran kodrat-Ku”.
- Menyucikan Dzat
“Aku Dzat yang Maha Suci yang bersifat Kekal, yang Maha Menguasai, yang Kuasa dan yang Sempurna, menjadi suci kembali Dzat-Ku lantaran kodrat-Ku”.
- Mengatur Singgasana Dzat
“Aku Dzat yang Maha Luhur, yang menjadi Raja Agung, yang Maha Menguasai, yang Kuasa menciptakan istana-Ku, lengkap pula bala tentara-Ku, tak ada yang kekurangan, kelihatan terbentang apa yang Kuciptakan, ada segala yang Kuingini, datang dari segala yang Kukehendaki, lantaran kodrat-Ku”
- Meracut
“BadanKu yang tertinggal di alam dunia, bila telah berada pada zaman keramat yang Maha Mulia, bulu, kulit, daging, darah, tulang dan sungsum, berasal dari cahaya kembali menjadi cahaya, sempurna kembali padaKu, karena kodratKu”.
- Menarik
“Anak-Ku seterusnya ke atas dan ke bawah, semua yang pulang kembali ke zaman keramat alam masing masing harap suci, mulia, sempurna seperti Aku, karena kodratKu”.
- Terbentangnya Alam Semesta
“Aku jadikan alam dunia beserta isinya, dan setelah sampai batas waktunya, Aku gulung kembali. Mulia sempurna menjadi satu dengan-Ku kembali, lantaran kodrat-Ku”.
- Kesejahteraan Keturunan
“KeturunanKu yang masih tinggal di alam dunia, semoga semua mendapatkan kesukaan, kaya dan terhormat. Jangan sampai ada yang kekurangan, semoga selamat sejahtera ke atas dan ke bawah, karena kodrat-Ku”.
- Mengamalkan Daya Pengasihan
“Semua makhluk-ku, sama melihat dan mendengar. Semoga belas kasih kepada-Ku, karena kodrat-Ku”.
- Menerapkan daya Kesaktian
“Semua makhluk-Ku yang tidak mengindahkan Aku, semoga mendapat daya kesaktian-Ku, karena kodrat-Ku”.
Semuanya yang di atas itu dapat disingkat :
“Segala macam cahaya semua yang terliputi oleh Dzat-Ku. Akulah Dzat Gusti yang bersifat Esa. Akulah Dzat Yang Maha Suci bersifat Kekal. Akulah Dzat yang Maha Luhur menjadi Raja Agung, Maha Kuasa. Kuasa membinasakan badan-Ku, menarik anak keturunan-Ku, menggulung dunia-Ku, menyebarkan keturunan-Ku, menerapkan rasa kasih kepada hamba-Ku, menganggap anak kepada makhluk-Ku, semuanya sempurna lantaran kodrat-Ku”.